Jumat, 16 Desember 2011

TEKNIK PEMBESARAN IKAN BANDENG YANG BENAR


Bab 1
Pendahuluan
1.1       latar belakang
Ikan bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru.
PT. NATURAL NUSANTARA memberikan teknologi yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).

Ikan bandeng banyak diminati masyarakat karena ikan banding memiliki kandungan protein yang cukup tingg. Tingkat permintaan konsumen akan ikan bandeng itu sangat enak dan harga yang sangat terjangkau. Khusus di daerah jawa dan sulawesi selatan ikan bandeng memiliki tingkat preferensi yang cukup tinggi. Selain sebgai ikan konsumsi, ikan bandeng juga diminati sebagai umpan hidup bagi usaha penangkapan ikan Tuna (yhunnus spp) dan cakalang (katsuwanur pelamis) bandeng juga banyak diminta untuk keperluan induk.
Mereka hidup di samudra Hindia dan penyebarannya sampai ke samudra Pasifik. Menurt FA 0.2 % dari tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara pemasaran. Sedangkan dinegara-negara tropic jumlahnya 30%, seperti halnya dengan metode-metode pengawetan tradisional. Asal mula penemuan ikan pengawetan ikan dengan pengasapan mungkin secara kebetulan saja dimana seaktu ikan dikeringkan diatas nyala api yang berasap ternyata selain menjadi lebih awet ikan juga memiliki rasa dan aroma yang sedap.
Iakn yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2-3 minggu, lalu berpindah kerawa-rawa bakau, daerah payau, dan kedangkala danau-danau. Bandeng baru kembali kelaut kalau sudah deweasa dan bisa berkembang biak. Ikan muda dikumpulkan dari sungai-sungai disebut nener dan diternakkan ditambak-tambak, disana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan sangat cepat. Setelah bandeng cukup besar, bandeng biasanya dijual segar atau beku, serta dikukus atau diasap


Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal ) merupakan salah satu jenis ikan air payau  yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis Ikan ini sudah dikenal oleh masyarakat luas karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi serta ditunjang dengan
 rasanya yang enak dan memiliki kandungan kolesterol yang rendah sehingga aman untuk kesehatan. Pengolahan produk ikan bandeng yang semakin meningkat pada saat ini, seperti bandeng presto yang semua tulang dan durinya menjadi lunak, yang menyebabkan meningkatnya jumlah yang mengkonsumsi ikan bandeng, sehingga permintaan pasar akan ikan bandeng  akhir-akhir ini terus meningkat. Kondisi ini memberikan peluang kepada pembudidaya untuk mengembangkan usaha budidaya bandeng (Chanos chanos Forskal) di seluruh wilayah Indonesia yang berpotensi sehingga dapat memenuhi ketersediaan pasokan ikan bandeng.
Untuk memenuhi kebutuhan ikan bandeng yang terus meningkat dan berkesinambungan hanya dapat dilakukan melalui pengembangan budidaya. Dengan terus berkembangnya teknologi pembenihan ikan bandeng, memungkinkan teknologi pembesaran ikan bandeng dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak menjadi kendala dalam teknologi pembesarannya.
Bab 2
Jenis ikan
2.1 Biologis ikan
Bandeng termasuk golongan ikan herbivora , yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 - 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif.
Bandeng


Ikan bandeng memiliki rasa daging yang enak dan harga yang terjangkau. Khusus di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan, ikan bandeng memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi, ikan bandeng pada banyak diminta sebagai umpan hidup bagi usaha penangkapan ikan tuna (Thunnus spp.) dan cakalang (Katsuwonus pelamis). Bandeng juga banyak diminta untuk keperluan induk.
Keunggulan komoditas bandeng dibandingkan dengan komoditas lainnya, di antaranya
a) induknya memiliki fekunditas yang tinggi dan teknik pembenihannya telah dikuasai sehingga pasok nener tidak tergantung dari alam;
b) teknologi budi dayanya relatif mudah;
c) bersifat eurihalin antara. 0-50 ppt;
d) bersifat herbivore, tetapi dapat juga menjadi omnivore dan tanggap terhadap pakan buatan; e) pakan relatif murah dan tersedia secara komersial;
f) tidak bersifat kanibal sehingga bisa hidup dalam kepadatan tinggi;
g) dapat dibudidayakan secara polikultur dengan komoditas lainnya;
h) dapat digunakan sebagai umpan bagi industi perikanan tuna dan cakalang; dan
i) dagingnya bertulang, tetapi rasanya lezat dan di beberapa daerah memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi.

2.2 Morfologi ikan

Bandeng Ikan Bandeng (chanos chanos ), termasuk ikan yang penting di kawasan asia tenggara. Bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Mereka bisa bertambah besar menjadi 1. 7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1 meter panjangnya. Mereka tidak memiliki gigi, dan umumnya hidup dari ganggang dan invertebrata. insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii branhiostegi. seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada


bagian tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke
ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris. Sirip ekor homocercal
Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari lubang ansunya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng jantanBandeng Ikan Bandeng (chanos chanos ), termasuk ikan yang penting di kawasan asia tenggara. Bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Mereka bisa bertambah besar menjadi 1. 7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1 meter panjangnya. Mereka tidak memiliki gigi, dan umumnya hidup dari ganggang dan invertebrata. insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii branhiostegi. seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris. Sirip ekor homocercal
Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari lubang ansunya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng jantan..

2.3 Anatomi ikan

Menentukan kelamin jantan pada ikan bandeng
       Ikan bandeng jantan mempunyai 2 tonjolan kecil (papila) yang terbuka dibagian luarnya yaitu selaput dubur luar dan lubang pelepasan ( yang membuka pada bagian ujungnya. Didalam alat genital ikan jantan (vasa deferentia),mulai dari testes menyatu sedalam 5-10 mm dari lubang pelepasan. Lubang kencing (urinary pore) melebar kearah saluran besar dari sisi atas. Selain itu 2 lubang kecil pada sisi bagian bawah dari tonjolan urogenital yang membuka kearah ventral usus.


Menentukan kelamin betina pada ikan bandeng
       Ikan bandeng betina mempunyai 3 tonjolan kecll (papila) yang terbuka dibagian anal. Berbeda dengan ikan bandeng jantan yang mempunyai 2 tonjolan kecil. Satu lubang besar dibagian anterior adalah anus. Letaknya anus sejajar dengan genital pore. Lubang ketiga adalah lubang posterior dari genital pore berada pada ujung urogenital papila.. Dari 2 oviduct menyatu kearah saluran yang lebar yang merupakan saluran telur dan saluran tersebut berakhir di genital pore.


2.4 Taksonomi ikan
Bandeng (Latin: Chanos chanos atau bahasa Inggris: milkfish) adalah sebuah ikan yang merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh spesies punah dalam lima genus tambahan dilaporkan pernah ada).
BandengKlasifikasi ilmiah
Regnum:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Gonorynchiformes
Familia:
Chanidae
Genus:
Chanos
Spesies:
chanos
Nama jenis Chanos chanos(Forsskål, 1775)



Bab 3
Tanah , kolam , tambak

3.1 pemilihan lokasi
     Lokasi tambak budidaya ikan bandeng yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain:
     a.  Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5 – 2,5 m. Pada lokasi yang pasang surutnya lebih rendah dibawah 1 meter maka pengelolaan air menggunakan pompa.
     b.   Tersedia air tawar untuk mengatur kadar garam yang sesuai bagi pertumbuhan ikan bandeng.
     c.   Tekstur tanah yang ideal adalah liat berpasir, karena tanah ini dapat menahan air dengan baik.
     d.   Lokasi ideal terdapat sabuk hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.
      e.   Keadaan sosial ekonomi mendukung operasional budidaya seperti keamanan yang kondusif.
      3.2 persiapan tambak
Persiapan lahan adalah proses penyiapan lahan tambak mulai pengeringan lahan sampai siap ditebar benih untuk pembesaran ikan bandeng. Persiapan tambak sangat menentukan keberhasilan budidaya. Tahapan Persiapan tambak adalah sebagai berikut:
     a.  Perbaikan sarana dan Prasarana
Memperbaiki secara menyeluruh mulai pintu air, pematang, caren, saringan, saluran pemasukan, saluran pengeluaran dan peralatan lainnya seperti pompa air, jala lingkar (untuk sampling pertumbuhan ikan).
8
     b.  Pengeringan Lahan
Lama pengeringan tergantung cuaca dan kondisi tanah. Tanah yang mempunyai ketebalan lumpur dalam membutuhkan waktu lebih dari 3 minggu sedangkan tanah liat berpasir membutuhkan waktu cukup 10 hari. Tujuan pengeringan ini adalah mempercepat penguapan gas racun-racun, memberantas hama penyakit, mempercepat proses penguraian dan menaikan pH tanah.
     c.   Pengangkatan Lumpur
Endapan lumpur sisa pemeliharaan periode sebelumnya berwarna hitam dan terletak ditengah tambak atau didekat pintu pengeluaran. Lumpur ini banyak mengandung bahan organik dan gas-gas beracun seperti asam sulfida sehingga lumpur ini perlu diangkat. Endapan lumpur diangkat kepermukaan tanggul.
     d.  Pengapuran Tanah
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri pathogen yang ada dan organisme hama. Kapur yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah kapur pertanian (CaCO3). Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk pengapuran semakin banyak.
     e.  Pemupukan
Dalam pemeliharaan ikan bandeng penyediaan makanannya dapat berupa makanan alami dan makanan buatan. Jenis makanan alami ditambak dapat berupa klekap, lumut, plankton, dan organisme dasar atau benthos. Namun demikian jarang sekali semua jenis tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tempat dan waktu yang bersamaan
     9
     f.   Pengisian Air Sebelum Tebar
Pada saat terjadi pasang naik cukup tinggi air dimasukan kedalam tambak setelah melalui saringan di pintu air pemasukan (inlet). Ketinggian air dipelataran tambak lebih kurang 10 cm. Kemudian pintu air pemasukan ditutup dan air dalam tambak dibiarkan selama tiga hari, dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar berada pada kondisi baik untuk pertumbuhan pakan alami. Pada saat pemasukan air berikutnya dilakukan penggunaan Saponin (tea seed) untuk pemberantasan hama yang ada di dalam tambak dan untuk merangsang pertumbuhan phytoplankton. Setelah diberi saponin, tambak dibiarkan hingga    5-7 hari. Setelah diyakini bahwa berbagai hama di dalam tambak telah mati, maka pengisian air kembali dilakukan. Pada tahap ini ketinggian air dipelataran cukup 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari untuk dilakukan pemupukan dasar. Kemudian setelah pemupukan dilakukan penambahan air pada tambak dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan pakan alami (klekap). Pada ketinggian air 40 cm dari pelataran tambak maka air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan.


Bab 4
Pemeliharaan ikan
4.1 persiapan benih
       Persiapan Benih
Dalam persiapan benih ikan bandeng yang akan ditanam dalam proses pembesaran terdapat beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
      a.    Kegiatan Peneneran
Kegiatan peneneran adalah pemeliharaan benih ikan bandeng dari ukuran nener hingga mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran benih ikan ini sudah dapat digunakan pada kegiatan penggelondongan. Luas tambak untuk kegiatan peneneran relatif lebih kecil dan biasa dikenal dengan sebutan baby box. Perbandingan luas petak peneneran, penggelondongan, dan pembesaran adalah 1:9:90. lama pemeliharaan dipetak peneneran berkisar 30-45 hari tergantung pada kondisi pakan alami dan ukuran ikan.
      b.    Kegiatan Penggelondongan
Kegiatan penggelondongan adalah lanjutan pemeliharan benih dari ukuran gelondongan kecil (pre-fingerling) hingga mencapai ukuran gelondongan. Kegiatan penggelondongan ini dilakukan kurang lebih selama 30 hari atau pada saat ukuran berat ikan antara 3-5 gr/ekor. Setelah kegiatan penggelondongan baru benih ikan bandeng dapat dipelihara di petak pembesaran.
     4.2   Penebaran Benih
Faktor-faktor penebaran benih yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Mudjiman, 1988):
  11
       a.    Padat Tebar
Benih ikan bandeng yang ditebar dipetak pembesaran untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi disesuaikan dengan metode pembesaran ikan bandeng yang dilaksanakan. Untuk metode tradisional yang disempurnakan padat tebarnya adalah 2-3 ekor/ m2. Lama pemeliharaan pada pembesaran ikan bandeng dengan metode tradisional yang disempurnakan adalah 4 bulan.
       b.    Waktu Penebaran
Penebaran benih bandeng harus segera dilaksanakan setelah petakan tambak siap untuk pemeliharaan. Warna air tambak terlihat kehijauan oleh plankton. Keterlambatan penebaran akan memberikan peluang hama dan penyakit berkembang didalamnya. Waktu penebaran dilakukan sore hari atau menjelang matahari terbenam pukul 16.00-18.00 atau pagi hari sebelum matahari terbit sampai pukul 07.30 karena pada waktu ini kondisi fluktuasi suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah.
      c.       Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota yang dipelihara dengan lingkungan baru yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Melalaui proses adaptasi ini secara fisiologi dan kebiasaan hidupnya secara perlahan-lahan disesuaikan dengan lingkungan barunya. Dalam kegiatan aklimatisasi sebelumnya telah disediakan petakan khusus yaitu petakan yang sangat sempit yang dibuat hanya untuk sementara dalam kegiatan aklimatisasi atau penyesuaian benih pada tambak. Ukuran petak ini disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan ditebarkan.

12
4.3 pemberian pakan
Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan ikan, lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan pemberian pakan akan menyebabkan bahan organik yang mengendap terlalu banyak sehingga akan menurunkan kualitas air demikian juga kekurangan pakan akan menyebabkan pertumbuhan ikan turun dan tubuhnya lemah sehingga daya tahan terhadap penyakit menurun. Pakan disebarkan secara merata ke dalam tambak.
 Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan berbentuk pellet dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran (size) ikan. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan dalam pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) antara lain protein, karbohidrat, lemak, asam lemak, vitamin serta mineral. Pakan hidup adalah organisme hidup dalam tambak yang berfungsi sebagai pakan ikan. Pada umumnya jenis pakan ini adalah plankton. Fungsi plankton disamping sebagai pakan alami bagi ikan adalah penghasil oksigen dalam air.
4.4 menitoring pertumbuhan
Monitoring pertumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomas yang dilakukan secara periodik. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dalam pengambilan contoh (sampel) dan pemeriksaan ikan dengan dilakukan penjalaan (Jala tebar). Untuk mengamati respon ikan terhadap pakan serta kesehatan ikan dapat diamati menggunakan anco, sedangkan pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan pengamatan langsung berupa jumlah yang mati.
 Data yang terkumpul selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan.
Monitoring pertumbuhan ini digunakan untuk menentukan jumlah pakan, infeksi hama penyakit serta waktu panen yang tepat. Pengambilan sampel atau sampling dilakukan tidak hanya pada satu titik tambak, atau hanya pada sisi tambak dimana ikan sering diberi pakan, tetapi harus dilakukan pada lima titik tambak, yaitu bagian tengah tambak dan empat titik yang lainnya yaitu empat sudut pada tambak. Hal ini bertujuan agar sampling atau pengambilan sampel yang dilakukan dapat benar-benar mewakili organisme yang dibudidayakan di tambak secara akurat.
4.5 perawatan tambak selama pembesaran
      Perawatan Tambak Selama pembesaran
Untuk keberhasilan usaha pembesaran bandeng maka perlu dilakukan perawatan dengan baik selama pemeliharaan. Perawatan tersebut meliputi pengaturan air, perawatan pintu dan pematang, pemupukan susulan serta pemberian pakan tambahan.
      a.    Pengaturan Air
Selama pemeliharaan, kualitas dan kedalaman air harus diperhatikan, sehingga benih dapat hidup dengan layak. Pergantian air yang teratur mempunyai keuntungan dalam menjaga kualitas air tetap baik. Selain itu, unsur hara dan organisme makanan benih ikan bandeng dapat disuplai ke tambak. Bila air tambak tidak pernah atau jarang diganti, akan menyebabkan terakumulasinya bahan beracun di tambak dan itu sangat berbahaya bagi kehidupan benih.
      b.    Perawatan Pintu dan Pematang
Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan benih, pematang dan pintu tambak harus selalu diperiksa dan dirawat dengan baik. Maksud perawatan ini adalah untuk mencegah terjadinya kebocoran atau rembesan air dari dalam tambak serta mencegah hilangnya benih.
      c.    Pemupukan Susulan
Sebelum kondisi makanan alami di tambak menipis (habis), segera dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan ini dimaksudkan untuk mensuplai unsur hara kedalam tambak, sehingga dapat menunjang pertumbuhan makanan alami. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung dari kesuburan makanan alami yang ada. Sebagai patokan dapat digunakan pupuk Urea dan TSP dengan dosis masing-masing 10 kg/ha. Dapat juga ditambah dedak halus sebanyak 100 kg/ha.
      d.    Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan dilakukan apabila keadaan makanan alami sudah tidak dapat lagi menunjang pertumbuhan bandeng yang dipelihara. Jenis makanan buatan yang digunakan adalah pelet. Jumlah makanan yang diberikan kira-kira 5% dari berat total tubuh per hari.
4.6 hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang sering mengganggu kegiatan budidaya ikan bandeng adalah sebagai berikut:
      a.    Jenis-jenis hama berupa:
       1)    Ikan pemangsa seperti Kakap, Kerong-kerong, Payus, Bulan-bulan dan jenis ikan penyaing seperti Tilapia, dan Belanak.
        15
      2)    Ketam/kepiting, Belut, Tonang, yang merupakan hama yang sering membuat lubang dan merusak pematang pada tambak.
      3)    Ular air dan Burung seperti, Pucuk ikan, Bangau, dan lainnya, sebagai pemangsa yang sering mengancam kehidupan ikan dalam kegiatan budidaya di tambak.
Selain itu perlu diperhatikan pengontrolan tambak secara terus-menerus yaitu mengurangi atau membasmi organisme pengganggu atau pemakan bentik yang tumbuh di sekitar tambak. Larva chironomid, cacing polychaete, dan siput yang merupakan sumber penyakit. Penggunaan kapur dan urea pada saat persiapan tambak akan membasmi organisme tersebut.
B .penyakit
       a.    Penyakit pada Bandeng
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulan gangguan pada ikan, sehingga dapat menimbulan kerugian dalam bereproduksi. Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh ketidakserasian antara 3 faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi ikan itu sendiri, dan organisme patogen.
Jenis penyakit yang pernah dilaporkan yang menyerang ikan bandeng adalah:
       1)    Sisik atau kulit kotor penyakit ini disebabkan oleh Caligus Sp dan Piscicolla Sp, gejalanya yaitu nafsu makan ikan berkurang, susunan sisik rusak, ikan terlihat malas.
      2)    Sirip ekor patah dan rusak penyakit ini disebabkan oleh Fiorrot disease

4.7 pemanenan
Setelah ikan bandeng mencapai ukuran konsumsi, maka dilakukan pemanenan. Panen dapat dilakukan secara bertahap (selektif) maupun secara total.
      a.    Panen Bertahap
Panen bandeng secara bertahap dapat dilakukan dengan metode menyerang air atau yang dikenal dengan sebutan ngerocok. Hal ini sesuai dengan sifat bandeng yang selalu menentang arus (aliran air). Caranya adalah pada saat surut air tambak dikeluarkan sebagian. Kemudian pada saat terjadi pasang yang cukup tinggi, air baru dimasukan ke tambak melalui pintu air yang ditutup dengan saringan kasar, ikan bandeng akan segera menyongsong datangnya air baru tersebut. Dengan demikian, ikan akan terkumpul dalam petak penangkapan (catching pond). Selanjutnya ikan tersebut ditangkap dengan menggunakan jaring.
      b.    Panen Total
Pada umumnya panen bandeng secara total dilakukan dengan cara pengeringan tambak. Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara perlahan-lahan sampai air yang ada didalam tambak hanya mengisi bagian pada caren saja. Ikan bandeng akan berkumpul di caren tersebut. Pemanenan dapat dilakukan dengan alat berupa jaring yang ditarik (diseret) sepanjang caren. Dapat juga menggunakan kerai bambu yang didorong sepanjang caren oleh beberapa orang. Dengan kerai ini, ikan dikumpulkan disuatu tempat tertentu yang luasnya terbatas (sempit). Selanjutnya dilakukan penangkapan dengan alat tanggok (scoop net).
Bab 5
Penutup
5.1 kesimpulan

Pemeliharaan Intensif IKAN BANDENG

Persiapan budidaya ikan bandeng merupakan faktor penentu keberhasilan. Meliputi pengeringan tambak agar terjadi sirkulasi udara, gas-gas racun seperti H2S, NH3, NO3 dan NO2 dan senyawa aminiumnya dapat menguap. Keduk teplok perlu dilakukan untuk mengangkat lumpur yang ada pada saluran keliling atau caren, sebab apabila dibiarkan akan membusuk dan menjadi racun.
Pengapuran dilakukan dengan menaburkan kapur pertanian (kaptan) merata ke seluruh permukaan dasar tambak, dengan dosis sekitar 500 kg per hektar untuk mempertinggi pH.
Ikan bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru


Tidak ada komentar:

Posting Komentar