Pendahuluan
A)
Latar
belakang
Ikan Nila adalah ikan dengan pertumbuhan paling cepat dibandingkan
ikan lain. Ikan nila dapat tumbuh sampai 1 kg per ekornya dengan rasa dagingnya
yang luar biasa enak. Ikan nila merupakan ikan favorit bagi para peternak ikan karena nilai jualnya yang tinggi
sekaligus pertumbuhannya yang pesat menyebabkan waktu panen yang lebih pendek.
Ikan nila juga mudah sekali pembudidayaannya, bahkan ikan ini
dapat dibudidayakan dengan berbagai macam cara menggunakan kolam, jarring apung
, atau karamba, di sawah, bahkan di kolam yang berair payau ikan ini mampu
tumbuh dan berkembang.Ikan ini pertama kali dibawa dari Taiwan ke Bogor yakni di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. setelah diteliti
3
ikan nila desebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi nama sesuai dengan nama latinnya yakni Nilotica. Dimana nama ini menunjukkan daerah asal ikan ini yakni sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda dan mereka selama bertahun – tahun habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan ke hilir sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir.Ikan ini dengan bantuan dari manusia sekarang sudah tersebar sampai ke lima benua. Meskipun habitatnya yang disukai adalah daerah tropis dan hangat.
Habitat ikan Nila
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 14 – 38 derajat celcius. Dengan suhu terbaik adalah 25 – 30 derajat. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski ia bisa hidup di kadar garam sampai 35% namun ia sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik.
jenis
Ikan Nila diantaranya Citralada, tralada, lokal dan Nila GIFT yang masuk ke
Indonesia pada tahun 1984 dan 1996 dari ICLARAM Philipina melalui Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar).
Teknik pembesaran Ikan Nila terapannya sangat mudah dilakukan sekali, baik dilakukan. skala rumah tangga atau skala besar (perusahaan). Tempatnya pun dapat dilaksanakan pada
Teknik pembesaran Ikan Nila terapannya sangat mudah dilakukan sekali, baik dilakukan. skala rumah tangga atau skala besar (perusahaan). Tempatnya pun dapat dilaksanakan pada
4
kolam
tanah, kolam tembok dan Keramba jaring Apung (KJA
Untuk pemasarannya sangat luas baik dalam negeri maupun luar
Untuk pemasarannya sangat luas baik dalam negeri maupun luar
negeri
(ekspor) seperti masyarakat Jepang dan Singapura, terutama ukuran yang berat
badannya di atas 500 gram. Bagi konsumsi dalam negeri akan banyak menunjang
usaha perbaikan gizi keluarga.
Dilihat dari prospeknya, baik dalam maupun luar negeri sangat menjanjikan, sehingga perlu langkah yang pasti untuk meningkatkan produksi agar kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri dapat terpenuhi.
Dilihat dari prospeknya, baik dalam maupun luar negeri sangat menjanjikan, sehingga perlu langkah yang pasti untuk meningkatkan produksi agar kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri dapat terpenuhi.
B
) Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dan manfaat dari budidaya ikan nila
·
Ikan nila
tergolong ikan yang mudah di pelihara
·
Mudah beradaptasi
dengan lingkungan perairan
·
rasa dagingnya
enak dan tebal
·
mudah tumbuh dan
berkembang sehingga pertumbuhan ikan nila tidak merata
·
kemampuan
reproduksinya cukup tinggi
·
toleransinya yang
tinggi terhadap perubahan lingkungan
·
sangat digemari
,di sukai oleh masyarakat
·
memerlukan waktu
panen yang pendek
5
Bab 2
Jenis
ikan
1.1)
Biologi ikan nila
Biologi Ikan Nila Secara umum berbagai jenis spesies ikan nila hidup dan berkembang biak di air tawar. Berdasarkan klasifikasi konsumsi makanannya, ikan nila termasuk jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segalanya. Dari mulai jenis tumbuhan hingga sejenisnya pun bisa dimakan. Akan tetapi hal ini terjadi hanya ketika saat larva ikan nila merasa kekurangan pakan disekitarnya, sehingga untuk mempertahankan hidupnya mereka bersifat kanibal. Selain itu, nila pun memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas (kadar garam), dan tahan terhadap perubahan lingkungan (Syarippudin 2008).
Menurut Sumantadinata (1981), ikan nila dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub Kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Perchomophi
Sub Ordo : Percoidea
Famili : Cihclidae
6
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochrosmis niloticus
Menurut Sucipto (2007), memaparkan bahwa komoditas ikan nila memiliki sifat biologi seperti; a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan c) memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan pertanian, d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik, dan e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.Ikan nila merupakan ikan yang dapat beradaptasi dalam perbedaan
salinitas yang cukup besar, sehingga ikan ini dapat beradaptasi di air tawar dan air payau. Dari segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih yaitu lebar tubuhnya lebih kecil daripada panjang tubuh. Berdasarkan jenis siripnya, ikan nila memiliki sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), sirip anal
1.2 ) morfologi ikan nila
Morfologi ikan nila yaitu
memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah bertikal (kompres) dengan profil empat
persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak di ujung hidung
(terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis
vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong letaknya.
Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor,
punggung dan dubur. Pada bagian
7
sirip caudal (ekor) dengan
bentuk membuat terdapat warna
kemerahan dan bisa digunakan
sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik
ikan nila adalah tipe ctenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal
yang keras, begitu pun bagian analnya. Dengan posisi sirip anal di belakang
sirip dada (abdorminal)
Ikan nila memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau dan kapsul otik tergabung menjadi satu. Eksoskleton Ostracodermi mempunyai kesamaan dengan dentin pada kulit. Elasmobrachii yang merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Tulang palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah
Ikan nila memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau dan kapsul otik tergabung menjadi satu. Eksoskleton Ostracodermi mempunyai kesamaan dengan dentin pada kulit. Elasmobrachii yang merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Tulang palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah
.1.3) Anatomi ikan nila
Organ-organ internal ikan adalah jantung, alat-alat pencerna, gonad, kandung kemih, dan ginjal. Alat pencernanya terdiri atas aesopaghus, perut besar, usus halus, pankreas, dan hati. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput (membran) yang tipis berwarna hitam yang biasanya dibuang jika ikan sedang disiangi
Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak di bawah. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 39 buah. Tipe sisik ctenoid. Bentuk sirip ekor perpinggiran tegak
Organ-organ internal ikan adalah jantung, alat-alat pencerna, gonad, kandung kemih, dan ginjal. Alat pencernanya terdiri atas aesopaghus, perut besar, usus halus, pankreas, dan hati. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput (membran) yang tipis berwarna hitam yang biasanya dibuang jika ikan sedang disiangi
Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak di bawah. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 39 buah. Tipe sisik ctenoid. Bentuk sirip ekor perpinggiran tegak
8
Bab 3
Tempat
,tambak dan kolam
2.1) lokasi
pemeliharaan
Syarat syarat lokasi
pemeliharaan ikan nila
PERSYARATAN
LOKASI
a) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah
jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang
besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
b) Kemiringan
tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan
kolam secara gravitasi.
c) Ikan nila cocok dipelihara
di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus
bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh
adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak
mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang
baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena
plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc).
9
Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
e) Debit air
untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak
dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
f) Nilai
keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara
7-8.
g) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
h) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
g) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
h) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
2.2) kolam
kolam yang perlu disediakan
dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1
kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya
ikan nila antara lain:
. Kolam
Sarana berupa kolam yang
perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila
tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun
jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun
jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
Kolam pemeliharaan induk/kolam
pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai
kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa
kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam
induk hanya 2 ekor/m 2 . Adapun syarat kolam pemijahan adalah
kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam
induk hanya 2 ekor/m 2 . Adapun syarat kolam pemijahan adalah
10
suhu air
berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm
berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm
; dasar kolam
sebaiknya berpasir.
sebaiknya berpasir.
Kolam pemeliharaan benih/kolam
pendederan
Luas kolam tidak lebih dari
50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam
antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada
saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada
saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi
sebagai tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam
pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam
pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
Kolam pembesaran tahap I berfungsi
untuk memelihara benih ikan selepas
dari kolam pendederan. Kolam
ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah
dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I
ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini
dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I
ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini
11
2.3) Tanah
Tanah yang
baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak
bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
Kemiringan tanah yang baik
untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam
secara gravitasi.
12
Bab 4
Pemeliharaan ikan
3.1) persiapan kolam
1)pembenihan
a)persiapan kolam pembenihan
Persiapan kolam untuk
kegiatan pemijahan ikan nila antara lain peneplokan/ perapihan pematang agar
pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke
kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon,
pemasangan saringan di pintu pemasukan serta pengisian kolam dengan air.
Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari masuknya ikan-ikan liar
sebagai predator atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil
produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
3 ) pendederan
b) persiapan kolam pendederan ikan nila
Persiapan kolam untuk
kegiatan pendederan ikan nila antara lain peneplokan pematang dengan kontruksi
tanah, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir,
membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan
penyaring di pintu pemasukan air, pemupukan dengan dosis 250-500 gram/m2
(sesuai dengan kesuburan tanah dan air), pengapuran (bila perlu) serta
pengisian kolam dengan air. Pemasangan penyaring dimaksudkan untuk menghindari
masuknya predator, ikan-ikan lain dan atau ikan nila jenis lain yang dapat
mempengaruhi tidak hanya dari segi kuantitas hasil produksi, tetapi juga
kualitas benih yang dihasilkan.
3) Pembesaran
c)persiapan untuk kolam
pembesaran yaitu
Persiapan Kolam pemeliharaan Ikan Nila
meliputi :a. Pengeringan kolam;
b. Perbaikan pematang, saluran pemasukkan dan pengeluaran;
c. Pengapuran dengan ukuran 25-1000 gram/m2;
d. Pemupukan dengan pupuk kandang 500 gram/ M2, urea 15 gram/ m2 dan TSP gram/ m2.;
e. Pengisian air kolam;
f. Dapat dilakukan penyemprotan dengan pestisida;
g. Untuk mencegah h.ewan/ ikan lain masuk, maka dapat dipasang saringan pada pintu masuk air;
h. Masukkan air sampai kedalaman 80 - 150 cm, kemudian tutup pintu pemasukkan dan pengeluarannya, biarkan air tergenang;
i. Penebaran Ikan Nila dilakukan setelah 5 - 7 hari pengisian air kolam.
13
3.2) pemeliharaan ikan
1)pemeliharaan pada saat
pembenihan
Media pemijahan untuk
pembenihan bisa berupa Kolam tanah, bak
beton dan hapa. Untuk Rasio Betina-jantan = 3:1 sedangkan untuk kepadatan 1-2
ekor/m2. Sebelum indukan ditebar pada media kolam tanah, kolam tanah
haruslah melalui proses pemupukan, pengapuran dan proses sterilisasi dari hama
dan kebocoran-kebocoran yang berakibat kepada berkurangnya hasil larva saat
panen. Setelah pemupukan dan pengapuran kemudian isi kolam dan
endapkan minimal 4 hari dan maksimal 7 hari, setelah itu induk betina
siap tebar dan selang 1 minggu baru induk jantan di tebar. Untuk periode
pemijahan berlangsung selama 15 sd 20 hari. Jumlah larva dalam 1 liter biasanya
15.000-20.000 ekor biasanya dalam 1 paket dapat menghasilkan larva sebanyak
10-12 lt.
·
Panen larva
Panen
larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantung luas
kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan
air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengah-nya. Sebelum surut total, bak
tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat
outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada
kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan
pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara
dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan
larva ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara
total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara
membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan.
Sarang tempat pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina yang memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000 ekor/paket/10 hari
Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
Sarang tempat pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina yang memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000 ekor/paket/10 hari
Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
2) pemeliharaan pada saat
pndederan
. Pendederan
Untuk pendederan nila relatif mudah dibanding jenis pendederan ikan lain, itu
karena ikan nila mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu. Masa pendederan
biasa terbagi ke dalam 3 fase pendederan diantaranya untuk panen larva masuk
dalam pendederan 1, ukuran 2-3 cm masuk kedalam pendederan 2 dan 3-5 cm masuk
kedalam pendederan 3. Perlakuan tebar benih sama dengan ikan-ikan lain harus
melalui seleksi dan adanya persiapan kolam seperti pemupukan dan pengapuran.
14
·
panen
Panen benih harus dilakukan
pada saat suhu air kolam dan udara relatif sejuk, terutama pada pagi hari. Hal
ini untuk menekan angka kematian saat panen. Langkah-langkah kerja dalam
aktifitas panen benih sama halnya dengan kegiatan panen larva
3)pemeliharaan pada saat
pembesaran
Pembesaran pada ikan
Nila saat sekarang yang sedang tren yaitu pembesaran Nila monosex. Adapun untuk
bentukan monosex itu sendiri terbagi 2 yaitu monosex alami seperti atau
GMT (Genetically Male Tilapia) anakan gesit. Kedua monosex buatan menggunakan
hormon testosteron. Dalam fase pembesaran biasanya ikan diberi pakan pellet 3%
dari bobot tubuh. Media pembesaran bisa kolam tanah, bak tembok dan jarring
terapung dengan ketinggian minimal 1m. Ukuran konsumsi standar Indonesia adalah
100gr sd 500gr sedangkan untuk eksport adalah 500gr sd 1kg
·
panen
Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini
akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
Dalam pengangkutan gunakan air yang
bersuhu rendah sekitar 20 derajat
C.
Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi
hari atau sore hari.
Jumlah kepadatan ikan dalam alat
pengangkutan tidak terlalu padat.
2. Penanganan
ikan segar
Ikan segar mas merupakan
produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu
diperhatikan untuk
mempertahankan kesegaran antara lain:
Penangkapan harus dilakukan hati-hati
agar ikan-ikan tidak luka.
Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan),
dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
15
Ikan diletakkan di dalam wadah yang
diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil
(es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar
kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan
es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
3.3 ) Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan ikan
nila
Peralatan
Alat-alat yang biasa
digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya
adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung
sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran,
timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring
secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain
yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung
sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran,
timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring
secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain
yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba
kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat)
penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan
telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib
(untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk
menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya=
scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk
menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3.4 ) PAKAN
1) PAKAN PMBENIHAN
Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan harus cukup mengandung protein ( 28-30%).
Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka meningkatkan
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan harus cukup mengandung protein ( 28-30%).
Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka meningkatkan
16
kandungan oksigen dalam air,
memacu nafsu makan induk disamping mengganti air yang menguap. Dengan demikian
air yang mengalir ke kolam terlimpas ke luar kolam melalui
saluran pengeluaran.
Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti air yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti air yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
2) PAKAN (PENDEDERAN )
Dosis pemberian pakan
pendederan 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 20, 10 dan 5% dari bobot biomas/hari.
Pakan diberikan sehari 3 kali. Kandungan protein dalam pakan sekitar 26-28%.
Debit air dalam pendederan satu dan kedua tidak terlalu besar, yakni sekedar mengganti air yang menguap dan rembes. Namun untuk pendederan ketiga debit air juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung media terutama ketersedian oksigen yang berguna dan dapat meningkatkan nafsu makan serta laju pertumbuhan.
Debit air dalam pendederan satu dan kedua tidak terlalu besar, yakni sekedar mengganti air yang menguap dan rembes. Namun untuk pendederan ketiga debit air juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung media terutama ketersedian oksigen yang berguna dan dapat meningkatkan nafsu makan serta laju pertumbuhan.
3) PAKAN PEMBESARAN
Pemberian
Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
. PEMBERIAN MAKANANPemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
Komposisi makanan yang diberikan untuk Ikan Nila selain makanan alami dapat diberikan makanan tambahan. yang diusahakan secara intensif, yaitu berupa dedak, ampas kelapa, pellet atau sisa-sisa makanan dapur.
17
• Pada dasarnya pemberian pakan terdiri dari:
• Protein 20-30%;
• Lemak 70% (maksimal.);
• Karbohidrat 63 - 73%.
• Pakanyaberupa hijau-hijauan diantaranya adalah :
• Kaliandra;
• Kalikina atau kecubung;
• Kipat,
• Kihujan.
3.5 ) Hama dan Penyakit
2. HAMA
DAN PENYAKIT
1. Hama
Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena
sengatannya. Pengendalian: menuangkan
minyak tanah ke permukaan air
500 cc/100 meter persegi.
Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan
taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan
organik menumpuk di sekitar kolam.
Kodok
Makan telur telur ikan.
Pengendalian: sering membuang telur yang
mengapung; menagkap dan
membuang hidup-hidup.
Ular
Menyerang benih dan ikan
kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;
pemagaran kolam.
Lingsang
Memakan ikan pada malam hari.
Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
Burung
Memakan benih yang berwarna
menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam;
diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam;
diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
2. Penyakit
Penyakit pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu
berwarna merah, berubah warna dan tubuh
berlendir. Pengendalian: direndam dalam larutan PK (kalium
permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air,
pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian direndam dalam Negovon
(kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
berlendir. Pengendalian: direndam dalam larutan PK (kalium
permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air,
pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian direndam dalam Negovon
(kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
18
Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang bengkak,
Lembar insang pucat/keputihan.
Pengendalian: sama dengan di
atas.
Penyakit pada organ dalam
Gejala: perut
ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan di atas. Secara umum
hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya
penyakit dan hama pada budidaya ikan nila:
Pengeringan dasar kolam secara teratur
setiap selesai panen.
Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi
Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi
satu pintu pemasukan air.
Pemberian pakan cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Penanganan saat panen atau pemindahan
benih hendaknya
dilakukan secara hati-hati
dan benar.
Binatang seperti burung, siput, ikan
seribu (lebistus reticulatus
peters) sebagai pembawa
penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal
perkolaman
20
Bab 5
Penutup
Alhamdulilah ,akhirnya makalah yang kami
susun
Telah selesai kami ,karna kerja sama
kami dan tak lebih atas rahmat dan ridho Allah SWT
Kami yakin tanpa rahmat Allah dan kerja
sama yang baik dari anggota kami ,makalah ini tidak dapat tersusun dengan baik
Terimakasih kepada rekan rekan yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat
,khusnya kami dan anda pembaca
Terimaksih karena telah membaca makalah
ini
Kami memohon maaf apabila ada penulisan
kata yang sekiranya tidak di inginkan …………….
Wassalam…………………………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar